BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Gerakan reformasi telah menghadapkan TNI pada berbagai
tantangan. Hingga saat ini, militer belum sepenuhnya professional, walaupun
demikian upaya TNI untuk keluar dari kancah politik dan menata dirinya tetap.
Krisis kredibilitas yang pernah dialamatkan ke institusi tentara akibat
tindakan-tindakan diluar norma-norma profesionalisme militer. Reformasi militer
di tubuh TNI belum sepenuhnya melepaskan TNI sebagai tentera politik. Hal ini
diakui oleh elit TNI yang menyatakan reformasi kultural membutuhkan waktu yang
lama. Sebagai tentara politik, militer memiliki kharakter inti yang
dipopulerkan Finer dan Janowits, yaitu meliter secara
sistematis mengembangkan keterkaitan sejarah dengan perkembangan bangsa
serta arah revolusi negara
Memang
kader dari militer umumnya saya anggap lebih berpotensi menjadi pemimpin dari pada
kader dari sipil, tetapi bukan berarti kader dari sipil tidak ada yang mampu
menjadi pemimpin yang baik. Saya percaya bahwa masih ada kaum sipil yang mampu
memimpin dengan baik, hanya saja belum ditemukan.
Memang peranan militer hampir tak bisa dipisahkan dalam hidup bangsa ini mulai
dari ekonomi, sosial, dan politik,. Nasution sampai sekarang mungkin masih
meringis di dalam kuburnya menyesali "penyelewengan" definisi
gagasannya, dwifungsi ABRI, saat Orde Baru. Edi Sudradjat pun jungkir-balik
menyerukan "kembali ke barak". Tapi kita terlalu sulit untuk
melepaskan pengaruh militer di dalam ekonomi, sosial, maupun politik. Seperti
yang kang Kang Asep bilang, militer terlalu dimanjakan
selama berpuluh-puluh tahun. Bayangkan saja, di DPR zaman Orde Baru, ABRI punya
100 jatah gratis di sana tanpa harus ikut pemilu, dengan alasan menjaga
kenetralan ABRI dalam pemilu. 100 itu dari total 400 anggota dewan. Begitu juga
fenomena yang terjadi di MA, DPA, bahkan eksekutif. Itupun hanya bisa sos-pol
saja, belum lagi posisi-posisi petinggi militer dalam perekonomian, seperti di
BUMN.
Dengan
cara apapun.Untuk merombak total kharakter TNI sebagai
tentara politik, otoritas-otoritas politik sipil dihadapkan pada belum
lengkapnya regulasi politik yang mengatur posisi TNI dalam sistem politik
Indonesia. UU No 34 tahun 2004 tentang TNI masih butuh penyempurnaan.
Keberadaan regulasi ini dapat menyempurnakan dan menularkan prinsip good
governance ke sektor
pertahanan.Good governance dapat dijadikan titik awal
menciptakan tentara professional dalam sistem pertahanan yang
demokratis.
Namun perjalanan reformasi militer mendorong good
governance relatif
tidak berjalan, sekedar mencontohkan, sampai sekarang institusi yang tidak
dapat disentuh oleh KPK, sebagai lembaga pemberantasan korupsi, tapi begitu
sulit untuk masuk ke tubuh institusi yang satu ini, bagaimana mungkin TNI mau
malakukan reformasi ditubuhnya, sementara untuk audit anggaran militer saja,
KPK dibuat tidak berdaya untuk masuk ke tubuh isntitusi militer yang satu ini.
Militer Indonesia, memiliki sejarah yang sedikit unik dari negara
lain. TNI terbentuk dari proses pengalaman sejarah perjuangan bangsa
mempertahankan kemerdekaan. Profesionalitas militer bagi TNI dikenal kemudian
dengan pasang surutnya dinamika politik nasional. Bahkan Harold
Crouch,1999, di dalammiliter
dan politik Indonesia mengatakan
bahwa personel militer merupakan bagian dari elit politik dan
ekonomi dengan mempertahankan orde sosial yang ada. Pernyataan ini tentu
didukung oleh bukti emperis atas peran TNI dalam kehidupan politik
nasional sepanjang rezim orde baru. TNI dimasa itu terkesan lebih
mengedepankan urusan-urusan non- militer dibandingkan membangun
profesionalismenya, akibatnya masyarakat sipil merasakan kehidupan politik yang
tidak kondusif bagi perkembangan demokrasi .
Gerakan ini berhasil menuju kearah reformasi yang dilakukan oleh
mahasiswa dan tokoh pergerakan pada tahun 1998. Salah satu pesan atau tuntutan
mahasiswa pada tahun 1998 adalah adili Soeharto dan kroninya, dan yang kedua
yaitu dwi fungsi ABRI menjadi tuntutan yang tidak bisa dinafikan pada era
reformasi setelah rezim otoritariat Soeharto tumbang.
.
Keuntungan
Karir Militer
Ketika melihat ke masa depan, kadang-kadang
sangat sulit untuk menetap di jalur karir. AS perkiraan Departemen
Tenaga Kerja bahwa seorang individu mungkin mengganti pekerjaan hingga sepuluh
kali antara usia 18 dan 38. Jumlah
ini termasuk mengubah pengusaha atau benar-benar beralih bidang karir. Jika Anda mencari stabilitas sedikit lebih dari
pilihan karir Anda temukan di dunia sipil, Anda mungkin menemukan keuntungan
yang Anda cari dengan berbagai pilihan karir militer.
Salah satu keuntungan yang paling menarik dari
karir militer adalah kemungkinan untuk memperoleh dana untuk sekolah Anda. Ini pengetahuan umum bahwa perguruan tinggi,
universitas, dan biaya sekolah teknik meningkat. Sementara banyak lulusan meninggalkan sekolah dengan
gelar dan pengalaman yang menjanjikan besar bagi mereka, mereka juga menghadapi
utang yang signifikan karena pinjaman mahasiswa. Dengan memasukkan militer dan membangun karir Anda
melalui cabang yang Anda pilih,
Siapapun
saat ini melayani di militer akan memberitahu Anda bahwa karir militer
menawarkan menarik, pengalaman kerja bermanfaat.Dalam pekerjaan sipil, Anda
jarang mendapatkan kesempatan untuk perjalanan dan menjangkau budaya lain
seperti karir militer memungkinkan Anda untuk melakukan. Dalam militer, Anda sering bisa melihat tangan pertama
pengaruh positif dan dampak yang Anda miliki pada masyarakat atau penduduknya. Selain itu, karir militer memungkinkan Anda untuk
bekerja dengan teknologi yang paling up-to-date dan peralatan disukai dalam
pilihan karir Anda, kesempatan karir yang sipil banyak yang tidak ditemui.
Karir militer tidak hanya memberikan pekerjaan. Mereka menawarkan Anda kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan hidup yang penting dan untuk mendapatkan pengalaman sebagai
seorang pemimpin. Biasanya tidak
hanya pekerjaan 9-ke-5, karir militer memberi Anda kesempatan untuk menguji
diri sendiri dan belajar lebih banyak tentang dunia di sekitar Anda. Akibatnya, Anda mendapatkan pengetahuan dengan
pengalaman hidup, bukan dengan duduk dan menonton mereka. Anda akan mendapatkan kemampuan Anda bahkan tidak tahu
kau punya, seperti keterampilan komunikasi yang lebih baik, pengambilan
keputusan keterampilan, dan analisis ditingkatkan.
Dalam karir militer, Anda dijamin keamanan kerja. Selama Anda berkomitmen untuk cabang pelayanan Anda,
Anda memiliki pekerjaan. Itu sangat
bervariasi dari angkatan kerja sipil. Dalam
krisis ekonomi terakhir, keamanan kerja merupakan salah satu aspek yang paling
didambakan kerja. Dengan perusahaan
PHK merajalela di seluruh Amerika Serikat, karir militer terlihat lebih dan
lebih diinginkan bila Anda tahu bahwa pekerjaan Anda aman.
Dengan banyak keuntungan, karir militer masuk
akal meningkat menjadi seseorang yang ingin memposisikan dirinya untuk sukses
di masa depan. Tidak hanya karir militer dapat menawarkan pekerjaan
menarik, tetapi mereka juga dapat memberikan keamanan ekonomi.
Kekurangan
Karir Militer
Meskipun mungkin sulit untuk lebih besar daripada
keuntungan alami dari karir militer, ada beberapa kerugian untuk daftar Paman
Sam sebagai majikan Anda. Militer membutuhkan sebuah
komitmen yang kuat dari para anggotanya dan, sebagai hasilnya, dari keluarga
mereka. Karir militer sering
membutuhkan individu untuk melayani di lokasi yang jarak jauh dari rumah dan di
lingkungan yang berbahaya. Seseorang
yang memiliki karir militer tidak mungkin dapat mengambil kesempatan yang
tersedia terlibat di sektor swasta karena jangka panjang komitmen yang dibuat
untuk melayani di militer. Sebelum
menandatangani pada garis putus-putus, Anda harus mempertimbangkan kerugian
untuk karier militer.
Ketika melayani di militer, Anda dan keluarga
Anda harus siap untuk berkorban. Kadang-kadang pengorbanan
adalah gangguan kecil dan kecil untuk kehidupan sehari-hari. Namun, kadang-kadang melibatkan mengambil keluarganya
dan pindah ke lokasi yang jauh, serta jam tidak teratur dan panjang. Harapan tinggi diberikan pada petugas dan keluarganya,
termasuk anak-anak mereka. Aspek ini
bisa menjadi sangat menuntut dan menyebabkan banyak stres.
Ketika Anda sedang dipekerjakan oleh militer,
Anda memiliki kewajiban waktu tertentu dan Anda harus memenuhi komitmen. Kontrak ini hampir tidak mungkin untuk bernegosiasi
atau memilih keluar dari. Karena
pelatihan khusus atau negosiasi lain yang dibuat sebagai Anda masukkan militer,
Anda berkewajiban untuk melayani jangka lengkap Anda terlepas jika Anda rindu
atau telah menawarkan kesempatan sekali seumur hidup dengan pekerjaan di sektor
swasta. Anda harus menghormati
komitmen Anda untuk militer.
Hal ini juga sangat mungkin karir militer Anda
akan dikenakan Anda untuk kekerasan atau lingkungan kekerasan. Militer AS mengirim tentara untuk perang dan misi lain
yang mungkin meletus dalam situasi berbahaya. Hal ini tidak hanya mengancam hidup Anda, tetapi juga memberi
tekanan ekstra pada Anda dan keluarga Anda. Itu relatif sulit untuk menjalani hari-hari kegiatan saat Anda
bertanya-tanya jika Anda atau kekasih Anda akan membuatnya pulang dengan
selamat.
Sementara militer menawarkan banyak manfaat
dengan pilihannya atas karir, ada juga pencegah bergabung setiap cabang
layanan.Kerugian mungkin tidak layak untuk Anda.
ujur, saya termasuk salah
satu dari yang trauma dengan pemimpin militer. Tetapi sayabersyukur bahwa saya
tidak mengalami horor 32 tahun terlalu lama, karena 8-9 tahun setelah saya
menghirup udara di dunia, kudeta berdarah itu terjadi.
Memang kader dari militer umumnya saya anggap lebih berpotensi menjadi
pemimpin daripada kader dari sipil, tetapi bukan berarti kader dari sipil tidak
ada yang mampu menjadi pemimpin yang baik. Saya percaya bahwa masih ada kaum
sipil yang mampu memimpin dengan baik, hanya saja belum ditemukan atau sudah
terlalu apatis lalu hanya jadi pengamat saja.memang peranan militer hampir tak
bisa dipisahkan dalam hidup bangsa ini mulai dariekonomi, sosial, dan politik.
Nasution sampai sekarang mungkin masih meringis di dalam kuburnya menyesali
"penyelewengan" definisi gagasannya, dwifungsi ABRI, saat Orde Baru.
Edi Sudradjat pun jungkir-balik menyerukan "kembali ke barak". Tapi
kita terlalu sulit untuk melepaskan pengaruh militer di dalam ekonomi, sosial,
maupun politik. Seperti yang kang Kang Asep bilang, militer terlalu dimanjakan
selama berpuluh-puluh tahun. Bayangkan saja, di DPR zaman Orde Baru, ABRI punya
100 jatah gratis di sana tanpa harus ikut pemilu, dengan alasan menjaga
kenetralan ABRI dalam pemilu. 100 itu dari total 400 anggota dewan. Begitu juga
fenomena yang terjadi di MA, DPA, bahkan eksekutif. Itupun hanya bisa sos-pol
saja, belum lagi posisi-posisi petinggi militer dalam perekonomian, seperti di
BUMN.
Profesional
militer memiliki tugas penting, dan kualitas yang mereka melahirkan sebagai
individu menentukan keberhasilan atau kegagalan.Spanning keseluruhan karir
militer berbagai, para pemimpin sering menerima gelar baik pelatihan dan
instruksi untuk membantu dalam keberhasilan mereka. Namun, banyak kualitas yang diperlukan untuk karier
yang berkembang adalah bawaan. Beberapa
kualitas yang paling penting yang harus dimiliki oleh seorang profesional
militer termasuk disiplin diri, kebugaran fisik, komitmen, kepemimpinan, dan
ambisi.
Disiplin diri, jika tidak secara alami dimiliki,
cukup tantangan untuk berkembang. Namun, salah satu
keterampilan yang paling penting bagi pejabat atau pemimpin lainnya. George Washington pernah mengatakan, "Tidak ada
yang lebih berbahaya ke layanan, dari mengabaikan disiplin;. Untuk disiplin
itu, lebih dari angka, memberikan satu keunggulan militer atas yang lain" Tidak hanya tentara atau milisi perlu disiplin, tetapi
anggotanya harus mampu membuat diri mereka menjawab terhadap kewajiban yang
lebih mendesak atau tujuan.
Disiplin diri mencakup kemauan ekstrim,
pengorbanan, dan dedikasi untuk suatu tujuan atau tujuan dihargai lebih dari
kehendak bebas.Melalui disiplin diri bahwa seorang prajurit mampu untuk
berkomitmen berat, jadwal diperintah dan strategi hidup untuk lebih baik
dirinya dan negaranya.
Ketika
anda mendaftar untuk militer, Anda membuat komitmen yang sangat serius untuk
beberapa tahun ke depan, terutama tergantung pada apakah Anda berpartisipasi
dalam pelatihan khusus. Namun, bukan hanya komitmen
waktu untuk beberapa tahun ke depan itu terpisahkan untuk keberhasilan seseorang
sebagai seorang professional militer
Kesuksesan sejati membutuhkan
komitmen dari pikiran, tubuh, dan jiwa. Banyak pemimpin militer yang sukses membuat komitmen militer yang paling
penting dalam hidup mereka. Setiap
kali seseorang membuat komitmen yang sebenarnya, pengorbanan harus mengikuti. Selain itu, keluarga dan teman-teman harus ikut serta
dalam pengorbanan juga.
Kemampuan kepemimpinan adalah salah satu karakteristik yang
memisahkan seorang profesional militer yang baik dari yang besar.Sementara
keterampilan kepemimpinan dapat ditingkatkan melalui pengajaran, secara luas
diyakini bahwa sifat-sifat dasar kepemimpinan adalah bawaan. Orang sering ditemukan secara alami memiliki karisma
dan rasa percaya diri yang mengilhami orang lain untuk bergabung dengan mereka
dalam menyelesaikan ide-ide dan tujuan mereka. "Pemimpin adalah seorang pedagang di
harapan," kata Napoleon Bonaparte. Tersebut adalah benar, sebagai pemimpin yang efektif memiliki kemampuan
luar biasa untuk menarik pengikut dan penggemar di mana pun mereka pergi. Benar pemimpin latihan kesabaran, baik pengambilan
keputusan kemampuan, dan integritas yang mendorong iman orang lain di dalamnya. Seseorang tidak dapat menjadi seorang profesional
militer yang sukses tanpa memiliki kemampuan pemimpin.
Untuk menjadi profesional yang sukses dalam karir
militer, kita juga harus memiliki ambisi. Tanpa ambisi, seseorang tidak
memiliki motivasi untuk berjuang untuk tidak hanya lebih baik, tapi menjadi
yang terbaik. Ambisi sering disertai
oleh kemampuan untuk membayangkan suatu tujuan jangka panjang. Mereka yang dapat melihat masa lalu tujuan awal untuk
sesuatu yang lebih besar dan lebih baik akan pergi ke karir yang menjanjikan
untuk tidak hanya menantang mereka, tapi untuk menginspirasi mereka. Namun, tanpa ambisi itu, seorang tentara menjadi
terlena dan tidak menyadari kesempatan sekitarnya.
Jika seseorang ingin karir militer yang luar
biasa, ia harus siap untuk menunjukkan kualitas yang akan membuat dia seorang
profesional militer dicapai. Ambisi untuk menjadi
kebugaran, terbaik fisik, komitmen, kemampuan kepemimpinan, dan disiplin diri
akan membantu seseorang mencapai tujuan. Siapapun saat ini melayani di militer akan memberitahu Anda bahwa karir
militer menawarkan menarik, pengalaman kerja bermanfaat.Dalam pekerjaan sipil,
Anda jarang mendapatkan kesempatan untuk perjalanan dan menjangkau budaya lain
seperti karir militer memungkinkan Anda untuk melakukan. Dalam militer, Anda sering bisa melihat tangan pertama
pengaruh positif dan dampak yang Anda miliki pada masyarakat atau penduduknya. Selain itu, karir militer memungkinkan Anda untuk
bekerja dengan teknologi yang paling up-to-date dan peralatan disukai dalam
pilihan karir Anda, kesempatan karir yang sipil banyak yang tidak ditemui.
Karir militer tidak hanya memberikan pekerjaan. Mereka menawarkan Anda kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan hidup yang penting dan untuk mendapatkan pengalaman sebagai
seorang pemimpin. Biasanya tidak
hanya pekerjaan 9-ke-5, karir militer memberi Anda kesempatan untuk menguji
diri sendiri dan belajar lebih banyak tentang dunia di sekitar Anda. Akibatnya, Anda mendapatkan pengetahuan dengan
pengalaman hidup, bukan dengan duduk dan menonton mereka. Anda akan mendapatkan kemampuan Anda bahkan tidak tahu
kau punya, seperti keterampilan komunikasi yang lebih baik, pengambilan
keputusan keterampilan, dan analisis ditingkatkan.
Dalam karir militer, Anda dijamin keamanan kerja. Selama Anda berkomitmen untuk cabang pelayanan Anda,
Anda memiliki pekerjaan. Itu sangat
bervariasi dari angkatan kerja sipil. Dalam
krisis ekonomi terakhir, keamanan kerja merupakan salah satu aspek yang paling
didambakan kerja. Dengan perusahaan
PHK merajalela di seluruh Amerika Serikat, karir militer terlihat lebih dan
lebih diinginkan bila Anda tahu bahwa pekerjaan Anda aman.
Dengan banyak keuntungan, karir militer masuk akal meningkat
menjadi seseorang yang ingin memposisikan dirinya untuk sukses di masa depan. Tidakhanya karir militer dapat menawarkan pekerjaan
menarik, tetapi mereka juga dapat memberikan keamanan ekonomi. Kita
tak punya tokoh sipil yg mumpu karena selama ini tak ada sistem pengkaderan
sipil yang terorganisir. Ormas dan partai politik sejatinya memiliki peran
untuk melahirkan calon2 pemimpin di masa depan. Namun ini masih jauh panggang
dari api. Untuk ormas, NU, Muhammadiyah, dan HMI dulu punya peran ini meski
terbatas dan kurang terorganisir. Kalo untuk partai, baru Golkar dan PKS yang
punya pengkaderan yang cukup rapi, tapi itu belum cukup. Kita butuh pengkaderan
lebih banyak lagi oleh lebih banyak lagi ormas dan partai. Sayangnya partai2
kita gak ada yg mau kerja2 semacam ini, kerjanya cuma 5 tahun sekali menjelang
pemilu: cari uang sebanyak2nya
Lemahnya sipil tak bikin kaget karena selama 32 tahun
Soeharto mengunci potensi orang2 sipil dengan bikin organ2 korporatisme negara
melalui pembentukan organ2 tunggal di tiap sektor masyarakat, seperti SPSI, HKTI,
MUI, PWI, HNSI, KNPI, dll.Untuk bangun kepemimpinan sipil, kita harus bangun
korporatisme masyarakat dimana di setiap sektor harus ada wadah-wadah
organisasi sebagai ajang penggojlokan calon pemimpin sipil.
MEMBANGUN
KARAKTER PEMIMPIN MILITER,
Kepemimpinan
sebagai sebuah perspektif.
Membahas lebih dalam fungsi
fungsi melekat yang di miliki oleh seorang Perwira sebagai pemimpin dan
komandan, karena pada dasarnya Perwira dapat menjadi seorang pemimpin dan sekaligus komandan apabila
ia mempunyai otoritas formal karena jabatan yang sedang diembannya.
Pada hakekatnya Perwira adalah pemimpin bagi anak buahnya, sehingga harus
mempunyai kedudukan sebagai : komandan, pemimpin, guru, pembina, bapak dan teman.
Catatan menarik dalam bab ini adalah ;
(1) Kepemimpinan merupakan satu sistem,
sehingga dalam memimpin organisasi atau satuan / unit harus ada aspek
kerjasama, soliditas dan keterpaduan yang seimbang.
(2) Sikap sebagai seorang Komandan tidak harus setiap saat ditampilkan
dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi pada saat saat tertentu dimana ybs
harus dpt mengambil keputusan dalam memilih lebih dari satu alternatif pilihan.
(3) Kepemimpinan Militer dituntut untuk lebih menonjolkan keteladanan,
soliditas, solidaritas dan kemampuan utk melakukan komunikasi dua arah dg anggota
maupun masyarakat luas.Karenanya dibutuhkan adanya karakter kepemimpinan yang
kuat dan handal.
Pemimpin
dilahirkan dan dicetak untuk mengatasi krisis serta memberikan kemaslahatan.
Menyadari bahwa Pemimpin yang baik dan maslahat adalah pemimpin yang mampu
mengendalikan dan mengatasi krisis, maka diperlukan integritas dan kepekaan
(sense of crisis) dalam rangka mengambil keputusan yang arif, cepat dan tepat.
Karenanya wajib bagi seorang pemimpin untuk menguasai manajemen krisis sebagai
bekal dalam menghadapi konflik dan krisis yang makin kompleks dan multidimensional
yang meliputi ;
(1)
karakter kepemimpinan yang tangguh, hal ini mengingat bahwa sekecil apapun
konflik apabila dibiarkan akan semakin besar dan menjadi krisis yang berdampak
sesuatu yang tidak konstruktif, bahkan destruktif,
(2) wawasan kebangsaan yang tinggi, mengingat bahwa pemahaman akan kebangsaan
mengikat dan menyatukan kerentanan yang diakibatkan oleh kebhinekaan kita,
(3) mampu melaksanakan
musyawarah untuk mufakat,
(4) Konsiliator yang baik, dan
(5) berani mengambil keputusan dan tindakan yang tegas tapi terukur dalam
situasi mendesak dan kritis.
Catatan menarik dalam bab ini adalah ;
(1) Pemimpin yang baik adalah yang dilahirkan (dalam artian sudah
mempunyai bakat memimpin) dan kemudian dicetak (dalam artian dipersiapkan
dengan dididik, dilatih dan diberi penugasan).
(2) Salah satu kompetensi pemimpin adalah seorang yg dpt menyelaraskan
perilaku pribadinya dengan tujuan satuan dan lingkungan sekitar sehingga dapat
menimbulkan manfaat.
Kepemimpinan yang efektif.
Adalah adanya timbul rasa ketulusan bawahan untuk melaksanakan tugas yang
diberikan dan tingginya iklim partisipasi dan inovasi. Kepemimpinan efektif
membutuhkan kecerdasan, talenta dan karakter, tapi yang paling utama adalah
karakter yang kuat, karena kecerdasan dan talenta tinggi dapat menimbulkan
arogansi dan kesombongan yang dapat berbuah kejatuhan.
Kepemimpinan Militer yang efektif adalah kepemimpinan yang mempunyai
karakter,yang syarat utamanya ;
(1) Visioner, pemimpin yg memiliki cita cita tinggi
dan berwawasan jauh kedepan,
(2) Komitmen Moral, yaitu keteguhan hati
dan pikiran dalam menjaga amanat
Yang
diemannya,
(3) Motivator Handal, yaitu semangat
tinggi yang disertai dengan kemampuan inovasi dan intuisi tinggi,
(4) Fokus menghadapi Masalah, yaitu
mampu memberikan waktu yg cukup untuk satuan
dan mendahulukan yang penting,
(5) Konsisten, yaitu taat azas, teguh
dalam pendirian dan keyakinan (yg benar).
Adapun yang menjadi indikator
Kepemimpinan Efektif ;
(1) Rasa Percaya Bawahan kepada Pimpinan,
(2) Suasana Nyaman dan
Kondusif,
(3) Disiplin Tinggi,
(4) Moralitas Mulia,
(5) Moril Militan,
(6) Profesionalisme Keprajuritan, dan Solid.
Catatan menarik dalam bab
ini adalah ;
(1) Kepemimpinan
Efektif memerlukan "self leadership" yaitu kemampuan diri dalam
mengendalikan hawa nafsu.
(2) Ditabukannya bagi seorang pemimpin untuk memaksakan diri mencari-cari
jabatan dan harta (karena akan datang
dengan sendirinya sesuai strata dan kedudukan nantinya).
Pengembangan Karakter Pemimpin Militer.
Karakter adalah struktur
ideal pada jiwa dan raga yang membedakan seseorang dengan yang lain, dengan
demikian maka Pemimpin yang berkarakter adalah seorangpemimpin yang memiliki
jiwa dan raga yang sehat dan kuat sehingga memiliki keunggulan dalam segala
hal.
Dalam hal ini dibutuhkan
kompetensi berupa etika dan akhlak yang tinggi.
Dalam membentuk Karakter Kepemimpinan terdapat adanya "proses membangun
karakter" yaitu suatu mekanisme yang berkesinambungan dan transparan
melalui pendidikan, latihan dan penugasan yang sistematis dan berkelanjutan,
yang dimulai dari pencarian gagasan, dilanjutkan dengan Pembentukan dan
pembinaan kejiwaan.
.
SASARAN :
Ø Terciptanya
kader pemimpin TNI AD yang mumpuni.
Ø Kontibusi
penyediaan kepemimpinan Nasional.
Ø Karakter
yang kuat mengutamakan munculnya kesadaran pribadi untuk menjadi pemimpin yang
TIDAK HANYA memiliki kesadaran pribadi tetapi juga untuk terus mengembangkan
diri
Ø Pemimpin
yang dilahirka tidak mempunyai konsepsi membangun, sedangkan Pemimpin yang HANYA
dicetak punya konsep tapi tidak mampu menjalankan, karenanya perlu adanya
kombinasi disamping dilahirkan, pemimpin JUGA HARUS dicetak
Ø Pemimpin
yang baik harus mampu menyiapkan pemimpin yang baik pula.
Sebagai
anak bangsa tentulah menginginkan seorang pemimpin sesuai
dengan angan-angan, kemauan dan
demi masa depan bangsanya.
Apakah pemimpin yang cocok untuk negeri ini seorang sipil, pengusaha, seniman,
militer, intelektual ? semuanya berhak, bahkan seorang tukang becakpun berhak
untuk dipilih dan memilih, namun apakah bisa terwujud ?
Sebelum jauh menelaah,
mengidolakan pemimpin yang cocok untuk negeri ini, berikut kutipan plus minus
dari para presiden yang telah memimpin negeri ini .
Bung
Karno adalah presiden pertama Indonesia yang juga dikenal sebagai
arsitek alumni dari
Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan
teknik sipil dan tamat pada tahun 1925.
Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari
penjajahan Belanda.Soekarno adalah penggali Pancasila karena ia yang pertama
kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan ia sendiri yang
menamainya Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan
Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Salah satu kesalahan beliau adalah terlalu berkiblat pada Komunis sehingga kurang menyukainya, ide beliau dengan
“Nasakom-nya” gagal dan kesalahan fatal.
Soeharto
adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal.
Setelah Gerakan 30 September, Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang
bertanggung jawab dan memimpin operasi untuk menumpasnya. Operasi ini
menewaskan lebih dari 500.000 jiwa.
Soeharto kemudian mengambil alih kekuasaan dari Soekarno, dan resmi menjadi
presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978,
1983, 1988, 1993, dan 1998.Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan sampai saat
ini. Dalam masa kekuasaannya, yang
disebut Orde Baru,
Soeharto membangun negara
yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur. Suharto juga
membatasi kebebasan warganegara Indonesia keturunan
Tionghoa, menduduki Timor
Timur.Patut diakui diera Soeharto, swasembada pangan benar-benar terwujud
“murah sandang pangan”.
Kesalahan beliau adalah terlalu mengekang kebebasan mengeluarkan pendapat
rakyatnya.
Bacharuddin
Jusuf Habibie (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936;
umur 75 tahun) adalah Presiden Republik Indonesia
yang ketiga. Ia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan
presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Habibie pernah bekerja di
Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di
Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden
bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan
mantan presiden Suharto.
Pada era pemerintahannya yang
singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU
Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU
otonomi daerah.Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah
setelah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya
referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), ia mengajukan hal yang
cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga
Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia.
Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat.Patut diacungi jempol
beliau adalah Intelektual yang diakui dunia dan kebanggaan Indonesia, namun dia
dapat getah atas pemerintahan sebelumnya, sehingga pemerintahan-nya yang
singkat belum menampakkan hasil.
Kiai
Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur (lahir di Jombang,
Jawa Timur, 7 September 1940
– meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun)adalah tokoh Muslim Indonesia dan
pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999
hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh Gus
Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional.Tindakan
ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa, kebebasan
beragama dan mengeluarkan pendapat
kelemahan beliau adalah terlalu percaya bisikan dari orang-orang disekitarnya
sehingga mengeluarkan kebijakan yang kontroversi, selain itu beliau tidak bisa
membedakan antara dirinya sebagai pemimpin umat Islam [NU] dan dirinya sebagai
pemimpin negara.
Megawati
Soekarnoputri atau umum dikenal sebagai Mega (lahir di Yogyakarta, 23 Januari
1947; umur 64 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak
23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama
dan anak presiden Indonesia pertama yang mengikuti jejak ayahnya menjadi
presiden.Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin menguatnya konsolidasi
demokrasi di Indonesia, dalam masa pemerintahannyalah, pemilihan umum presiden
secara langsung dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu
keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia.
Ketidak konsekwensi-nya sebagai pembela wong cilik dimasa pemerintahan beliau
lahir kebijakan buruh “OutSourcing [kontrak]” dan ACFTA yang merugikan wong
cilik.
Susilo
Bambang Yudhoyono (lahir di Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur,Indonesia, 9
September 1949; umur 62 tahun) adalah Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat
sejak 20 Oktober 2004. Ia, bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla,
terpilih dalam Pemilu Presiden 2004[1][2]. Ia berhasil melanjutkan
pemerintahannya untuk periode kedua dengan kembali memenangkan Pemilu Presiden
2009, kali ini bersama Wakil Presiden Boediono. Sehingga, sejak era reformasi
dimulai, Susilo Bambang Yudhoyono merupakan Presiden Indonesia pertama yang
menyelesaikan masa kepresidenan selama 5 tahun dan berhasil terpilih kembali
untuk periode kedua.
Anggapan banyak orang beliau tebang pilih dalam berantas korupsi,
Soekarno
seorang Arsitektur, sudah pernah mewakili kalangan professional
sipil untuk memimpin negeri ini…
Soeharto seorang Militer, sudah pernah mewakili kalangan militer untuk memimpin
negeri ini…
B.J.Habiebie seorang Intelektual, sudah mewakili kalangan intelektual untuk
memimpin negeri ini…
Gus Dur, seorang Intelektual Religius , sudah mewakili kalangan agamis untuk
memimpin negeri ini…
Megawati seorang wanita, sudah mewakili kalangan perempuan untuk negeri ini ….
SBY seorang militer, mewakili kalangan militer untuk kedua kalinya…
Kalau
kita lihat dari sipil, militer, agamis, wanita sudah pernah meminpin negeri
ini, banyaknya para pengusaha yang berkecimpung dalam perpoltikan, tentu ada
yang berpendapat “sa’atnya prngusaha memimpin”.
Tunggu dulu !!! memang benar sejak negeri ini berdiri belum ada pemimpin
[presiden] dari kalangan pengusaha, namun tak bisa bohong kalau para pengusaha
ada dibelakang para presiden yang telah memimpin negeri ini hingga sekarang.
Melihat Gunung Tambang yang
dikuasai Freeport yang sa’at ini telah jadi jurang, tentulah berlimpah ruah
hasil kekayaannya namun kenapa rakyat Papu masih ada yang Pakai KOTEKA pertanda
kemiskinan.
Belum lagi kekayaan alam yang dikuasai asing [USA} sementara rakyatnya hanya
gigit jari.
Sebagai
anak bangsa saya tentu punya keinginan yang mungkin berbeda ataupun sama dengan
rakyat lainnya..
Dalam benak hati saya berkata, negeri ini butuh pemimpin yang BERANI seperti
Mahmoud
Ahmadinejad atau Hugo Chaves..yang mmenasionalisasi kekayaan alam demi
rakyatnya dari cengkeraman asing.
Kalau Amerika berani menggulingkan Saddam Hussein, Thaliban, Moammar Qadhafi
demi “Minyak” kenapa pemimpin kita tidak berani menasionalisasi Sumber Kekayaan
alam demi rakyat ?
Siapakah pemipin baru yang cocok untuk negeri ini kedepan ?
Apakah militer, sipil, wanita, seniman, pengusaha, intelektual, agamis ? semua
rakyat pastilah punya pilihan dan alasan sendiri-sendiri ?
Arie
mengatakan, kombinasi sipil-militer dalam kepemimpinan di DKI Jakarta terbukti
tidak mampu menyelesaikan persoalan yang ada. Dia mencontohkan, pasangan
gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta saat ini tidak menjadi solusi bagi persoalan
Ibukota yang kompleks. kombinasi ideal yang seharusnya dikedepankan di DKI
Jakarta, lanjut Arie, adalah sosok yang mempunyai kecerdasan dan visi
pembangunan dikombinasikan dengan sosok yang memiliki kedekatan kultural dengan
Jakarta.
"Pembangkangan"
Militer Atas Kepemimpinan Sipil Masih TerjadiPenataan kembali hubungan
sipil-militer merupakan persoalan yang belum
terselesaikan. Secara lisan kalangan petinggi TNI selalu menyatakan akan
menerima apa pun keputusan pemerintah sipil. Namun, dalam prakteknya masih
tampak adanya "pembangkangan" dan "penolakan" terhadap
keputusan politik
pemerintah.
Hal itu diungkapkan Pengamat Politik LIPI Ikrar Nusa Bakti yang membacakan
"Refleksi Akhir Tahun LIPI", di Jl. Gatot Subroto, Jakarta, Kamis
(6/11/2001).
LIPI mencontohkan ketika ketiga Kepala Staf Angkatan secara bersama-sama
menolak
penggantian Panglima TNI
Laksamana Widodo AS. Pernyataan ketiga Kepala Staf
Angkatan itu dapat dikategorikan sebagai tindakan insubordinasi dan berupaya
mempengaruhi pengambilan keputusan politik oleh Presiden Megawati.
"Ditundanya
pergantian Panglima TNI atas dasar apa pun menunjukkan adanya krisis
yang kepemimpinan di jajaran TNI, tiadanya leadership planning dan akan
berpengaruh buruk pada regenerasi kepemimpinan TNI," ujar Ikrar.
Dia
menambahkan sejauh presiden mengangkat Panglima TNI dari nama yang diajukanWanjakti, maka presiden tidak melakukan politisasi
terhadap TNI. Sejak Mei 1998,lanjut Ikrar, adanya "willingness" dari
TNI untuk mereformasi diri sudah tampakjelas. Namun, tindakan nyatanya di lapangan masih
jauh dari memuaskan."Dalam kaitan itu, perlu tahapan-tahapan yang
jelas mengenai langkah-langkahreformasi TNI yang akan dijalankan. Termasuk,
dalam hal perubahan mendasar daridoktrin dan organisasi TNI," papar Ikrar.
Sementara
kepada para politisi sipil di DPR dan MPR, LIPI mengingatkan Perlunya memiliki pengetahuan yang cukup soal pertahanan
dan keamanan dalam arti luas dan sempit.
"Ini
penting agar dalam menyusun TAP dan berbagai peraturan perundangan-undangan
lainnya
tentang TNI dan Polri tidak terjadi kekeliruan konsepsional yang
berakibat
fatal bagi pelaksanaan tugas kedua institusi itu," tandas Ikrar Lalu mengapa fakta ini menjadi menarik? Fakta ini
menjadi menarik karena 10 tahun lalu, tahun 1999 saatdiadakan pemilu untuk
menentukan siapa Presiden pertama yang memulai & memimpin era reformasi
setelah Habibie bersedia turun akibat lepasnya Timor-Timur melalui Sidang
Istimewa MPR, satu slogan muncul dikalangan masyarakat yang trauma pada rezim
Soeharto yang pejabatnya dipenuhi orang-orang militer atau ex-militer yaitu
"Asal Jangan Tentara". 10 tahun kemudian saat ini, slogan ini menjadi
berbalik.Hal yang wajar, atau perlu untuk dianalisa lebih lanjut?
Mengingat tahun ini, calon kuat Presiden dari kalangan sipil
hanya satu, yaitu Megawati. Dan jujur saja, Megawati dalam pandangan saya bukan
Presiden dengan tingkat intelektualitas atau kemampuan orasi yang tinggi.
Kemampuan orasi menjadi penting karena ia adalah satu-satunya pipa penyambung
komunikasi tingkat tinggi diantara eksekutif dan legislatif dengan gang-gang
kecil & warung kopi dipinggir kota. Tanpanya, maka kampanye hanya jadi
pedih-pedih bawang merah semata. Nangis sebentar terus lupa.Terlebih lagi
suara-suara negatif akan pemimpin sipil terus bermunculan di masyarakat. Gak
usah jauh-jauh, bahkan di keluarga saya sendiri, ayah saya hampir selalu
menyuarakan pendapat yang sama setiap saya membahas hal ini. Pemimpin
non-militer gak akan dihormati militer, jadinya ya kayak Megawati, gak berani
membersihkan militer" katanya. Saya biasanya hanya bisa menambahkan bahwa
militer yang harus lebih dewasa, karena sebagai panglima tinggi suatu negara,
jabatan Presiden harusnya sudah cukup mendapat penghormatan. Buat apa jadi
Presiden kalau harus jadi Panglima terlebih dahulu? Kenapa gak Panglima TNI kita
jadikan Presiden seumur hidup,….?, Saya bukan anti pemimpin militer. Pemimpin
militer tentu memiliki kelebihannya sendiri. Pendidikan militer yang
mendasarkan sistemnya pada brain-wash dan indoktrinasi disiplinisme &
otokrasi pasti menghasilkan orang-orang yang siap.
Orang-orang yang siaga akan kecurangan, pengkhianatan &
bau-bau penjilat. Orang-orang ini biasanya berciri sedikit bicara banyak
bersikap. Sampai sini pemimpin militer masih bisa kita nilai positif. Tapi satu
yang saya ragukan dari mereka : kemampuan menerima Demokrasi sebagai suatu
ideologi, bukan praktikalitas atau kendaraan politik. Mereka yang besar di
lingkungan keras, dengan orangtua yang senang memukuli satu sama lain biasanya
tumbuh menjadi anak yang rusak secara psikologis. Jarang yang bisa mengubah
mindset setelah otak kita dipenuhi satu ideologi. Dan ini yang saya lihat dari
pemimpin-pemimpin ex-militer di Indonesia.
Yang saya sering perhatikan adalah bahwa mereka gampang teriritasi oleh
komentar negatif.
Mereka juga senang mengumbar kalimat "demokrasi sudah
kebablasan". Controlled Democracy, sepertinya jadi ideologi ideal para
pemimpin ini. Yang perlu kita sadari tentu bahwa Controlled Democracy akan jadi
"Demokrasi Terpimpin"
Bukan berarti pemimpin non-militer berpikir dengan cara yang berbeda.
Mereka pun banyak yang memiliki ideologi
yang sama. Tapi ada keyakinan pada diri saya, bahwa mereka, yang sipil, yang
tumbuh di lingkungan demokrasi, generasi pemimpin berikutnya akan siap menerima
demokrasi sebagai suatu ideologi secara keseluruhan,
mengingat generasi pemimpin sipil saat ini
tumbuh di era dimana militerisme dan kepemimpinan sipil sering dilebur menjadi
satu. Sementara pendidikan Militer tidak akan pernah berubah di era demokrasi
ataupun era hibrida dua muka.
Lalu apa berarti tahun ini kita harus memilih
pemimpin tanpa latar belakang militer? Apapun jawabnya, pertanyaan baru yang
akan muncul. Apa pemimpin sipil bisa memberikan kesejahteraan ekonomi &
stabilisme seperti yang ditawarkan pemimpin dengan latar belakang militer? Ini
seperti bertanya apa kopi & teh akan manis kalau diberi gula? Tanpa
menjelaskan berapa banyak gula yang akan diberikan. Saya kira kita harus
memberi kesempatan kepada pemimpin tanpa atau dengan latar belakang militer. Tapi
yang saya tidak sependapat adalah memilih pemimpin dengan latar belakang
militer karena latar belakangnya, bukan kapabilitasnya. Saya sadar mungkin
kapabilitas dan latar belakang militer akan jadi korelasi yang nyata untuk para
pemuja pemimpin militer, tapi yang saya maksud kapabilitas adalah kemampuan
untuk menyatukan diri dan keinginan untuk memajukan perkembangan demokrasi di
Indonesia tanpa interpretasi pribadi dan agenda tersembunyi. Pilihlah
karena satu bekas tinta contrengan anda mungkin satu-satunya yang menghindarkan
kita dari 30 tahun lagi rezim Demokrasi dengan embel-embel interpretasi seorang
diri.
Aturan kepemimpinan militer
yang otoriter, akan lebih memudahkan sesorang pemimpin militer untuk melakukan
Seni kepemimpinannya, tapi dilingkungan
orang sipil akan menjadi lebih complicated, lebih rumit….lebih sulit….
Salah satu yang mempersulit
melakukan Seni Kepemimpinan dilingkungan sipil adalah karena tidak terbiasa
ditegakkan “Ketaatan Yang Mutlak Terhadap Peraturan Disiplin Dilingkungan
Sipil”…
Jadi kunci keberhasilan Seni
Kepemimpinan sebenarnya adalah Kemampuan seseorang untuk mampu menumbuh
kembangkan “Ketaatan Terhadap Disiplin”…
Disiplin
artinya adalah “Bersedia melakukan semua aturan yang ditetapkan oleh lingkungan
hidupnya secara tulus ikhlas, tanpa harus dipaksa dan diawasi terus menerus
oleh pimpinan, dilakukan secara lahir dan batin…”Kunci sukses seorang pemimpin
adalah “Mampu menumbuh kembangkan rasa taat yang tulus dan ikhlas dihati dan
fikiran anak buahnya..”
Kunci sukses untuk mampu
menumbuh kembangkan ketaatan yang tulus dan ikhlas adalah sebagai berikut:
Ø Mampu
memberikan suri Tauladan dalam Keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan YME, serta
ketaatan terhadap Peraturan Disiplin itu sendiri,
Ø Mampu
menegakan hukum dan disiplin dilingkungan secara jujur, benar dan adil…
Ø Mampu
bersikap dan berperan sebagai pengayom anak buahnya yang membutuhkan perhatian,
bantuan, nasihat, petunjuk, secara tulus dan ikhlas…
Ø Mampu
menjadi seorang guru, pembimbing, dalam setiap permasalahan baik masalah tugas
maupun pribadi…
Ø Mampu
berperan dan bersikap sebagai kawan yang baik, yang mau mendengarkan segala
curhat dan keluhan anak buahnya, pada saat saat santai diluar jam pekerjaan
kantornya…
Kelima kemampuan tersebut
diatas inilah yang diajarkan dan dipraktekan oleh almarhum Jendral TNI M.Yusuf
pada saat beliau menjadi Menhankam Pangab di Indonesia, sehingga beliau sangat
sukses memimpin ABRI dan dicintai oleh masyarkat sipil di Indonesia pada
masanya….
Dengan
berpedoman kepada lima hal inilah saya relative sukses melakukan seni
kepemimpinan memimpin pasukan dilingkungan Corps Polisi Militer dan menegakan
Hukum Disiplin Dan Tata Tertib Dilingkungan ABRI dan Keluarganya, selama
sekitar 32 tahun tanpa cacat…
Pemimpin
Bijak, adalah jika ada seorang anak buahnya menjadi sorotan publik
(mendapat serangan) maka sebagai pemimpinnya dia harus meredamnya seperti
memberhentikan sementara sampai semua menjadi clear, dengan mengusut
pemberitaan itu benar adanya tidak.
Komandan
Militer, jika ada seseorang yang menyerang anak buahnya maka satu
pasukan yang di bawah komandonya harus menyerang balik, karena tindakan itu
(penyerangan terhadap anak buahnya) adalah sama halnya menghina sang komandan.
Seorang pemimpin yang baik dia tidak hanya mengemban akan
keberhasilan misinya akan tetapi juga bertanggung jawab atas anak buah yang di
pimpinnya. baik itu perilaku anak buah atau keselamatan anak buahnya. sehingga
ksetiaan anak buah akan terbentuk semakin kokoh.
Dalam suatu kepemimpinan militer sering kita
dengar jika anak buah Nakal justru sang komandan merangkulnya dan di bina,
karena di khawatirkan jika anak buah melenceng akan lebih berbahaya namun jika
dibina sudah tidak bisa langkah paling akhir adalah di binasakan. Namun dalam
kepemimpinan yang lain, anak buah yang nakal akan menjadi sebuah celah, sebuah
celah untuk menyerang, jika anak buahnya melakukan tindakan tercela, yang
langsung di sorot adalah, siapa dia? lalu siapa pemimpinnya?......lalu
bagaimana pemimpin yang baik?
pertama, harus baik dahulu, dengan baik akan membimbing ke
arah kebijaksanaan, dan sifat pemimpin yang baik dari sudut pandang penulis
adalah :
- Tidak mengharap Penilaian
Manusia, maksudnya penilaian manusia tidaklah konsisten,
suatu hari sebagai pemimpin akan dihadapkan 2 kondisi yang pro dan kontra
dengan keputusan yang di ambil, yang satu bilang bagus, brilyan,smart
kemudian yang satu lagi bilang bodoh, idiot, once (o’on cekali) dll.
begitulah seterusnya jika mengharap penilaian dari manusia tidak akan
pernah ada benarnya, maka lakukanlah apa kata hatimu, harapkanlah
penilaian dari TUHAN sehingga kamu akan berjalan lurus sesuai jalur
- Mendengarkan kritik dan saran, untuk
kemajuan saran dan kritik memang sangat diperlukan akan tetapi jika
seorang pemimpin harus menjalankan semua saran waktu kepemimpinannya tidak
akan cukup jadi
fokus pada tujuan adalah yang utama.
- Tegas,cerdas. seorang
pemimpin diharap tegas memutuskan sesuatu hal, seperti di ibaratkan suatu
panah yang menusuk tubuh, jika panah tidak segera dicabut maka kehidupan
akan semakin lama memang, akan tetapi itu sama halnya menunggu kematian,
namun jika langsung dicabut rasa sakit luar biasa dan terjadi pendarahan
hebat pula bisa jadi langsung cepat is death. jadi tegas disini tidak
harus sembrono asbun (asal bunyi) akan tetapi harus di imbangi dengan
kecerdasan yaitu lari ke dokter terdekat.
- Lidah Pemimpin adalah lidah
dewa, jadi jaga kharisma jangan banyak mengeluarkan perkataan tidak
perlu dan hati-hati dengan setiap ucapan. karena pemimpin identik dengan
enggan menjilat ludahnya kembali Tak ada prajurit yang bodoh, hanya ada perwira yang
bodoh. Tak ada rakyat yang bodoh, hanya ada pemimpin yang bodoh. Ungkapan
ini disitir Prof Dr Juwono Sudarsono untuk menggarisbawahi
arti penting kepemimpinan.
Diakui oleh Juwono bahwa
soal kepemimpinan merupakan soal penting dan krusial saat ini. "Indonesia
adalah negara yang paling undermanaged di Asia Tenggara, dan ini tentu punya
kaitan dengan rendahnya kualitas manajerial dan kepemimpinan," kata
Juwono. Penyelenggaraan pemerintahan selama ini masih mengandalkan manajemen
improvisasi, lanjutnya.
Di
tengah diskusi tentang kepemimpinan ABRI, peringatan Juwono tentu menarik
dicatat. Jika benar kualifikasi kepemimpinan kita layak dipersoalkan, maka
persoalan yang sama layak pula diajukan pada kepemimpinan ABRI. Bukankah —
seperti direfleksikan oleh buku Sayidiman Suryohadiprojo — kepemimpinan ABRI
merupakan pemberi nafas penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia,
setidaknya dalam lebih dari separuh masa kemerdekaan? Ya. Merekonsruksikan kepemimpinan
di Indonesia dengan menanggalkan perbincangan tentang kepemimpinan ABRI jelas
sebuah kesia-siaan.Kepemimpinan ABRI nyaris bersifat omnipresent (selalu
ada) sepanjang masa
. Dijelaskan Salim Said, di masa pasca
Perang Dingin sekarang, paradigma internasional
mengenai kepemimpinan militer mengalami pergeseran. Di masa Perang
Dingin, politik militer memang terdukung oleh kecenderungan Barat untuk menolak
Komunisme. Pemakzulan pemerintahan militer, misalnya, seringkali didukung
untuk sekedar menghindari dan menahan kekuasaan Komunis.
Pasca Perang Dingin,
paradigma yang berkembang berbeda. Desakan masyarakat internasional ke arah
proyek-proyek sipilisasi menguat. Politik militer dianggap tidak relevan.
Seperti dinyatakan Juwono: "Militer yang berpolitik digugat sebagai
sesuatu yang tidak wajar, tidak sehat, dan tidak benar." Tentu tak ada
paksaan untuk menerima pandangan internasional itu sepenuhnya. Namun hadirnya
kerisauan dan tantangan itu tentu membutuhkan respons sepadan dari kalangan ABRI.
,
KESIMPULAN
Militer Indonesia, memiliki sejarah yang sedikit unik dari negara
lain. TNI terbentuk dari proses pengalaman sejarah perjuangan bangsa
mempertahankan kemerdekaan. Profesionalitas militer bagi TNI dikenal kemudian
dengan pasang surutnya dinamika politik nasional. Bahkan Harold
Crouch,1999, di dalam militer
dan politik Indonesia mengatakan
bahwa personel militer merupakan bagian dari elit politik dan
ekonomi dengan mempertahankan orde sosial yang ada. Pernyataan ini tentu
didukung oleh bukti emperis atas peran TNI dalam kehidupan politik
nasional sepanjang rezim orde baru
Aturan kepemimpinan militer
yang otoriter, akan lebih memudahkan sesorang pemimpin militer untuk melakukan
Seni kepemimpinannya, tapi dilingkungan
orang sipil akan menjadi lebih complicated, lebih rumit….lebih sulit….
Salah satu yang mempersulit
melakukan Seni Kepemimpinan dilingkungan sipil adalah karena tidak terbiasa
ditegakkan “Ketaatan Yang Mutlak Terhadap Peraturan Disiplin
Dilingkungan Sipil”…
Kepemimpinan Militer
dijadikan Prioritas Utama. ditempatkan pada level nasional
Menyadari
bahwa Pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang mampu mengendalikan dan mengatasi krisis, maka diperlukan integritas dan
kepekaan (sense of crisis) dalam rangka mengambil keputusan yang arif, cepat
dan tepat.
di dalam kepemimpinan militer dari sejak zaman seoharto masyarakat aman tidak ada mengeluh baik dari segi ekonomi maupun lainnya sampai sekarang termasuk berhasil, bahwa kepemimpinan militer terkenal dengan kedisiflinan, baik dari segi sikap maupun dari ketegasannya.
di dalam kepemimpinan militer dari sejak zaman seoharto masyarakat aman tidak ada mengeluh baik dari segi ekonomi maupun lainnya sampai sekarang termasuk berhasil, bahwa kepemimpinan militer terkenal dengan kedisiflinan, baik dari segi sikap maupun dari ketegasannya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSalam kenal.
BalasHapusArtikel yang bagus untuk dibaca.
Super sekali